02 October 2009

Sapu Tanjungmulya Terus Merambah Pasar

MASYARAKAT Kabupaten Ciamis umumnya, bahkan daerah lain di Jawa Barat, selama ini mengenal Kecamatan Panumbangan sebagai daerah religius, di mana Pesantren Suryalaya berada. Daerah yang berada di kaki Gunung Sawal ini juga dikenal sebagai sentra penghasil beras untuk wilayah Jawa Barat bagian selatan.

Selain itu, ternyata di salah satu desa di kecamatan ini, tepatnya Desa Tanjungmulya, ada sekelompok warga selain berprofesi sebagai petani juga nyambi membuat sapu ijuk. Profesi yang ditekuni mereka sejak enam tahun terakhir itu, kini bukan lagi sebagai pekerjaan tambahan. Apalagi, untuk kalangan ibu rumah tangga, itu menjadi pekerjaan utama agar dapur tetap ngebul.

Dalam memproduksi sapu, tidak semuanya dikerjakan warga Tanjungmulya. Mereka hanya sekadar memasukkan ijuk ke dalam lubang dudukan sapu yang terbuat dari plastik dari pabrik sapu Kawi di Surabaya.

Untuk setiap satu buah sapu, mereka mendapat upah Rp. 120,00. "Namun, pekerjaan ini membuat biaya sehari-hari tertutupi, di saat harga gabah sangat rendah dan ongkos menggarap sawah serta pupuk sangat mahal," ujar Ade Sulaeman, seorang warga Desa Tanjungmulya yang sehari-hari bersama lima temannya bisa memproduksi tidak kurang dari 250 buah sapu.

Ade mengaku, tidak perlu pengalaman khusus. Selain pengetahuan mengetahui ijuk yang bagus, juga keterampilan dan kecekatan tangan saat menyusun ijuk saat memasukkan ke dalam lubang plastik dudukan sapu.

Sebelumnya, ijuk yang dibeli seharga Rp 5.000,00 untuk satu ikat dari pengumpul, dibersihkan dan dijemur. "Kalau perlu dicuci dahulu sambil dipilah mana ijuk yang bagus," ujarnya, seraya menambahkan, serabut ijuk yang bagus adalah yang berwarna hitam legam mengkilat tapi lembut.

Setelah dibersihkan dan disiangi, ijuk kemudian dipotong dengan panjang yang telah ditentukan. Baru dimasukkan ke dalam lubang dudukan yang terbuat dari plastik dengan alat bantu berupa benang dan kawat pengait seperti yang biasa dipergunakan pembuat sepatu.

Sapu-sapu yang selesai dibuat tidak langsung dikemas untuk dikirim, tetapi dicuci dan dijemur dahulu. "Untuk menjemur dibutuhkan waktu satu hari penuh dengan dibolak-balik, itu pun kalau cuaca bagus dan mendukung," ujarnya.

Dalam kondisi sapu sudah kering dan bersih, seterusnya dikirim ke pabriknya di Surabaya untuk diproses lebih lanjut. Proses akhir di pabrik berupa memberi tangkai pegangan, label, dan bungkus, untuk seterusnya dijual ke pasaran.

Menurut Ade, produksi sapu ijuk Tanjungmulya saat ini sangat baik. Setiap bulannya rata-rata tidak kurang dari 15.000 buah sapu diminta untuk dikirim ke Surabaya. Selain itu dalam lima bulan ini permintaan juga datang dari Bali dan Lombok dengan total transaksi mencapai puluhan juta rupiah. Sementara kota-kota di Jawa Tengah, seperti Semarang, Yogjakarta, dan Purwokerto mulai dijajaki.

Terhadap usaha yang tengah dijalankan warga yang tergabung dalam anggota Koperasi Unit Persantren Suryalaya tersebut Ade mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat. "Selain pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kualitas, tentunya kami sangat membutuhkan bantuan modal untuk meningkatkan produksi," ujar Ade.

No comments:

Post a Comment